Kamis, 14 Juni 2012

Menemukan Kembali Ruh Pergerakan Mahasiswa #2

Bismillah..


Hari ini, dalam suatu diskusi mengenai kenaikan harga BBM, aku teringat sebuah pernyataan dari salah seorang teman:

Mahasiswa adalah oposan murni dari pemerintah

Sewaktu aku mendengar pernyataan itu untuk pertama kalinya, aku mengangguk saja. Setuju dengan kalimat yang waktu itu terdengar sangat "mahasiswa" di telingaku. Tetapi sekarang, dengan mempertimbangkan posisi, potemsi, dan peran mahasiswa dalam kehidupan bernegara, aku mulai meragukan kalimat itu.

Orang-orang di pemerintahan memang tidak semuanya berperangai baik, tetapi tidak juga semuanya berperangai buruk. Memang sudah menjadi rahasia publik jika beberapa orang di pemerintahan memiliki track record yang cukup memalukan. Tetapi tidak sedikit pula yang memiliki track record yang hebat. Kesimpulannya, pemerintah tidak bisa serta merta kita anggap jelek atau pun kita anggap sempurna.

Jika kita coba melihat pemerintahan dari sudut pandang politik, kita akan mulai menemukan simpul-simpul keruwetan yang menjadi penghalang kebijakan. Presiden, sebagai orang nomor satu di pemerintahan, sebenarnya bukanlah orang yang paling berkuasa di ranah eksekutif. Seperti yang kita ketahui bersama, semenjak reformasi hingga saat ini, belum pernah ada satu pun partai yang menang secara absolut. Hal ini mengharuskan partai-partai berkoalisi untuk dapat menduduki kursi pemerintahan. Saat ini, kabinet Indonesia Bersatu Jilid II didukung oleh koalisi partai yang terdiri atas Partai Demokrat, Partai Golkar, PKS, PAN, PKB, dan PPP. Bayangkan, dalam satu pemerintahan, setidaknya ada 6 kepentingan politik yang berbeda dari keenam partai politik yang mendukung kabinet. Presiden, sebagai pimpinan eksekutif, dari dalam internal kabinetnya saja mendapat tekanan dari keenam kepentingan politik yang mendukungnya. Hal ini belum lagi ditambah tekanan-tekanan yang sifatnya dari luar negeri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar