Minggu, 22 April 2012

Mengapa??

Belakangan ini aku sangat sering memikirkan tentang hidup. Bukan, bukan hanya memikirkan, tapi merenungi, merasakan, dan mencoba memahami dengan hati dan kesadaran penuh. Sebenarnya mengapa kita dilahirkan ke dunia? Mengapa kita hidup di dunia? Mengapa kita melakukan apa yang tiap hari kita lakukan? Mengapa kita tidak terlahir sebagai orang yang sangat kaya? Atau sebaliknya mengapa kita tidak terlahir sebagai orang yang sangat miskin? Mengapa ada manusia yang sangat kaya, hingga menghamburhamburkan uangnya untuk berbagai hal sepele? Mengapa ada orang yang sangat miskin, hingga untuk dapat menyambung nafasnya dengan seteguk air dan segenggam beras, ia harus jungkir balik membanting tulang? Mengapa ada orang yang tidak pernah malu menengadahkan tangannya, meminta-minta walau pada kenyataannya ia berkecukupan? Mengapa ada orang yang tak tahu malu, mengabaikan tua renta tak berdaya di samping rel kereta yang mencoba menjajakan kerupuk tidak enak buatannya untuk menyambung hidup? Mengapa kita tidak diciptakan sama seluruhnya? Mengapa dunia ini tidak diciptakan bahagia seluruhnya? Mengapa, mengapa, dan mengapa?? Selalu itu yang berkecamuk didalam pikiranku belakangan. Orang-orang terlihat begitu bahagia dibalik jendela sebuah restoran fastfood yang kulihat. Sedangkan didekat tempat itu, sekelompok anak kecilberlarian dipinggir jalan mencoba menjajakan setangkai bunga yang ia bawa dari rumah kepada pengendara yang lewat. Mengapa? Mengapa keduanya tak bertemu saja diluar restoran, berbagi makanan dan bunga, berbagi tawa dan lelah? Mengapa? Mengapa? Mengapa orang-orang terkadang terlihat begitu bahagia pada suatu waktu, sementara orang lain bersimbah peluh dan air mata? Mengapa banyak orang saling menjatuhkan untuk mendapat suatu posisi tertentu dipemerintahan, menghamburkan banyak uang untuk mencapai suatu jabatan, dan melakukan banyak hal keji untuk kenyamanan dirinya. Aku tak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Aku merasa hampa. Dahulu hal-hal terlihat begitu jelas, mana yang hitam, mana yang putih. Sekarang semuanya abu-abu. Semula yang kuanggap baik, ternyata tidak sepenuhnya baik. Semula yang kuanggap tak baik, tiba-tiba menampakkan diri dalam wujud yang baik. Ahh, aku malah melantur tak jelas. Tetapi kembali lagi, aku merasa hampa. Aku merasa hampa, palsu, tak berarti. Sesuatu, aku tak tahu apa, yang selama ini memberikan semacam rasa yang memuaskan tanyaku mengenai kehidupan, saat ini meredup. Aku kehilangan arti kehidupan. Aku kehilangan penjawab pertanyaan : untuk apa kita hidup? Selama ini aku menjalankan aktivitas tanpa “berfikir” mengenai esensi dari tindakanku. Aku hanya melakukan apa yang menurut otakku baik, dan memberikan kebaikan bagi orang lain. Entah apa hubungannya dengan kehampaan yang kurasakan. Untuk apa kita hidup? Itu yang akhir-akhir ini selalu kutanyakan pada diriku sendiri. Aku merasa hampa dan tak berarti menjalankan hari-hariku. Sering aku berdiam, mengamati sekitar, mengamati orang-orang mengerjakan apa yang ia kerjakan. Yang kulihat hanya sesuatu yang semu. Orang-orang melakukan sesuatu yang semu, menurut pandanganku. Mereka tertawa, bahagia, sedih, merana, untuk sesuatu yang semu dimataku saat ini. Mengapa orang-orang begitu stress saat akan menghadapi ujian? Padahal mereka juga tidak akan mati jika gagal dalam ujian. Bahkan sesungguhnya jika mereka mati, tidak berarti lagi ujian yang mereka khawatirkan. Mengapa orang-orang begitu bersemangat meraih pencapaian-pencapaian pribadi yang meningkatkan kebanggaan mereka akan diri mereka sendiri, dan memberikan rasa penting bagi dirinya? Padahal saat mereka mati, semua tidak berarti. Ya, kehampaan yang kurasa ditambah ide mengenai kematian semakin menambah semu segala hal yang ada didepanku. Untuk apa mereka ada didepanku? Apakah untuk membuatku bahagia? Atau sedih? Atau tertawa? Apa esensi dari yang terlihat didepan mataku ini? Mengapa semuanya begitu serius dengan apa yang ia inginkan didunia? Mengapa orang-orang terkadang begitu egois? Tanpa memikirkan orang lain mereka mengambil apa yang mereka inginkan. Entahlah, aku malah melantur ga jelas. Satu hal yang pasti, saat ini aku merasa hampa. Dunia serasa tak nyata dimataku. Dunia serasa tak penting dimataku. Tetapi bersamaan dengan itu, aku merasa tak penting juga, karena berada diantara ke-tidak penting-an. Entahlah, mungkin aku hanya merasa kurang diperhatikan eksistensinya. Tetapi entahlah, walau aku sering membaca buku mengenai psikologi, dan aku sebenarnya sangat ingin berkuliah dibidang itu, tapi aku bukan psikolog. Aku tak tau apa yang sebenarnya terjadi dalam ruang jiwaku yang sempit. Sambil, mencoba menenangkan diri dan hati, aku search ayat yang berhubungan dengan pandangan mengenai “dunia adalah semu”, dan kudapat: 32. Dan tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka[468]. Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertaqwa. Maka tidakkah kamu memahaminya? QS AL An’aam:32 Hmm, dunia tak lebih dari senda gurau belaka. Dan aku serch lagi mengenai tujuan hidup di dunia, kudapat: 56. Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku QS: Adzariyat:56.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar